Awal Kisah Kelas Pijar
H.a.l.t.e 01
Bagi kalian yang sedang membaca ini, ketahuilah bahwa kumulai tulisan ini sebagai sebuah jurnal perjalanan yang aku harap bisa selalu menemukan rute baru sehingga tidak akan berhenti di sebuah titik.
Di akhir tahun 2020, aku mendaftar sebuah program mentoring di bidang pendidikan. Saat itu, aku berhasil sampai di tahap wawancara dan berkesempatan tanya jawab langsung dengan calon mentor. Namanya Mas Riski Prabaswara. Beliau menanyakan kegiatanku di bidang pendidikan. Aku yang hanya sibuk mengajar les sontak bingung dan otakku dengan sok-sokan berkata
"Iya mas, saya rencananya mau mengadakan kelas gratis buat adik-adik di sekitar rumah"
Ega dengan entengnya berkata seperti itu tanpa tahu langkah awal yang harus diambil atau dengan siapa akan memulai. Waktu berjalan dan singkat cerita aku belum berjodoh dengan program mentoring tersebut. Sesumbarku pun menguap ditelan hiruk pikuk kebimbanganku sebagai mahasiswa baru lulus.
...
2021, aku lupa kapan tepatnya namun bulan Januari hampir menemui akhir...
Aku teringat janji-diri-sendiri saat wawancara dengan Mas Riski. Aku harus gerak, kalau tidak sekarang kapan lagi. Semesta mengiyakan dan membawa langkahku memulai kisah Kelas Pijar. Kumulai kelas ini dengan minim persiapan. Sloganku saat itu "yang penting datang dan mau belajar". Kala itu Surabaya dan seluruh belahan dunia masih diselimuti awan pandemi sehingga sekolah masih sepenuhnya dilakukan secara daring. Bagi mereka yang beruntung maka orang tuanya mampu memberikan fasilitas gawai dan pendampingan guru les namun sebagian besar anak di sekitar rumahku sebaliknya. Hampir 70% anak tidak melakukan sekolah daring saat pagi karena hp di rumah mereka dibawa bekerja oleh orang tua. Selain itu, pengeluaran akan bertambah banyak apabila orang tua harus mendatangkan guru les atau mengirim anaknya ke tempat bimbel sedangkan pandemi mencekik dompet.
Dua hari sebelumnya aku datangi rumah yang memiliki anak usia sekolah dasar maupun paud dan TK.
Di hari pertama Kelas Pijar dimulai, antusias orang tua dan anak sangat besar. Ada sekitar belasan anak dari berbagai jenjang kelas datang ke rumahku pagi itu untuk belajar. Sudahlah aku ini minim persiapan, belum lagi anak-anak ini datang dengan kemampuan belajar mereka yang sangat personal maka di situlah aku harus membelah diri sebanyak-banyaknya.
Aku menggunakan sistem rotasi 360° di mana aku duduk di tengah dan dikelilingi anak-anak sehingga memudahkan aku untuk mengajar mereka tanpa harus berpindah tempat. Dari apa yang aku alami, kemampuan mereka di luar bayanganku. Pandemi berdampak pada kemampuan akademik masing-masing anak yang bisa dibilang menurun. Ngoyo...
Di awal kisah, Kelas Pijar dibuka dari Senin-Rabu jam 08.00 pagi dengan durasi masing-masing kelas mendapat satu jam.
Aku rasa cukup untuk kisah di Halte 01 ini, selanjutnya akan ada Halte 02 dengan ceritanya sendiri.
Terima kasih sudah membaca hingga akhir.
Comments
Post a Comment